“Udah
ngerjain tugas belom?”, tanya A.
“Belom
nih masih males, temen-temen juga banyak yang belum” , jawab B.
“Oh,
yaudah jadi ikutan males, wkwk”, jawab A.
Pernah
gak sih kalian kayak gitu? Terutama kalu lagi ada tugas nih XD
Banyak
yang menganggap kalau rasa malas itu menular tapi bener gak sih?
Sebelum
kesitu kita cari tahu dulu sebenarnya malas itu apaan.
Menurut beberapa ahli, malas merupakan
kondisi dimana seseorang menghindari suatu pekerjaan yang sebenarnya bisa ia
lakukan. Nah, biasanya malas dikaitkan dengan perilaku menunda-nunda pekerjaan
dan idnleness (diam gak ngapa-ngapain).
Biasanya malas ini datang kalau kita
kurang motivasi dan kita nggak tahu tujuan kita apa. Eh, kalau saya kadang gini
sih. Makanya kalau mau ngelakuin sesuatu kadang saya ingat-ingat dulu ini
tujuannya apa dan “Start With Why”. Selalu ingat kalimat ini.
Tapii ya yang namanya malas emang
manusiawi banget kan ya, Kadang udah mau nugas, eh tiba-tiba rasa malas muncul
mendadak tapi ini mesti diperangi dengan motivasi, tujuan dan biasanya reward.
So, balik ke anggapan bahwa malas itu
menular. Emang bener ya?
Sebenernya bukan menular sih tapi hal
ini dikaitkan dengan teori konformitas. Menurut David O’Sears, teori
konformitas adalah teori dimana seseorang menampilkan perilaku tertentu karena
setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut.
Nggak hanya berlaku di malas doang.
Teori konformitas ini juga bisa kita lihat di sebuah forum. Misalnya, seseorang
akan cenderung mengikuti suara terbanyak atau apa yang dilakukan oleh
kebanyakan orang.
Sedangkan malas sendiri juga merupakan
bentuk perilaku malas. Kalau sebagian dari teman-teman kita malas dan kita
ikutan malas itu berarti adanya konformitas.
Kesimpulannya, malas tidaklah menular
tetapi adanya konformitas sehingga yang membuat sebagian orang ikutan malas.
So, jika ingin melawan malas maka coba sadari dan lakukan kegiatan lain supaya
tidak hanyut dalam rasa malas. Memang tidak mudah tapi ya coba aja melawan kemalasan
XD.
Referensi
0 komentar:
Post a Comment