“Butuh
garap yowes, penting dadi”
Wah, kadang saya juga bicara begitu
wkwk. Melakukan suatu yang biasa- biasa saja dan tujuan utamanya ya “selesai”
bukan “be the best”. Rasanya kita melakukan sesuatu itu ya penting cepet dan hasilnya
cakep.
Well, hal ini ternyata suatu penyakit yang
dalam psikologi disebut dengan Low Effort Syndrome. Low Effort Syndrome
merupakan sebuah prinsip kerja dengan semudah-mudahnya tapi nilai diri harus
tetap terjaga. Dari hal inilah kemudian muncul budaya seperti mencontek sampai
budaya titip absen. Hayohhh, ada benernya juga ya.
Pernah gak nemuin orang yang bilang begini,
“Tugas itu biasa aja, penting selesai
gitu lho”
Karena tugasnya biasa-biasa saja jadi nilainya
juga biasa. Tapi malah menjadikan hal lain sebagai kambing hitam. Misalnya gini,
“Dosennya saja yang pelit kasih nilai”.
Low Effort Syndrome inilah
yang ternyata membuat kita jadi malas berproses. Kita pengennya serba mudah,
cepat dan praktis. Mungkin juga hal ini yang menyebabkan orang lebih senang
bertanya daripada membaca terlebih dahulu. Semua maunya serba cepet. Kemudian
muncullah kutipan “Budayakan membaca sebelum bertanya”. Memang kadang ngeselin
banget, sudah tertulis dan terpampang nyata. Ealah, kok ya malah masih nanya.
So, kembali ke Low Effort Syndrome. Implikasi
dari adanya Low Effort Syndrome ini kita jadi sulit untuk maju dan berkembang. Karena
apa? Ya karena kita maunya yang biasa-biasa saja. Kita gak mau mencoba hal baru,
berproses dan gagal.
Mungkin hal ini juga ada kaitannya
dengan zona nyaman. Zona dimana kita ya merasa nyaman berada di situ. Tidak
menginginkan hal lain di luar zona itu.
Finally, tulisan ini saya buat
sebenarnya untuk menampar diri saya sendiri. Refleksi dari semua yang sudah saya
lakukan.
Inspiration @qoonita x Quora
1 komentar
Butuh penyemangat yg sejalan biar uwuw✊😂
ReplyDelete