Sepertinya saya lebih nyaman menulis dengan teknik
begini (Free Writing), hehe. Yaiyalah lawong ini nyoba secara spontan aja.
Oiya, kali ini saya mau bahas soal kendali.
Baru-baru ini lagi booming (tidak terlalu juga) film
The Social Dilemma, sebuah film dokumenter yang menampilkan sisi gelap dari
sosial media.
Eh, saya tahunya dari review dan trailer. Film ini
tersedia di Netflik but saya ya belum nonton padahal pengen banget. Tapi kali
ini saya tidak akan nulis tentang film tapi soal media sosial.
Sewaktu SMA dulu saya pernah minta temen saya buat
like postingan saya di Facebook. Buat saya, semakin banyak yang ngelike itu
berarti bagus (Yaaa, itu pemikiran saya dulu). Saya sampek minta like ya ampun
kalo dipikir-pikir sampek segitunya, hahaha.
Memasuki perguruan tinggi saya gak lagi main Facebook
karena selain aplikasi ukurannya besar plus hp gak muat juga tidak ada sinyal
di rumah saya. Alhasil saya sempat off beberapa waktu dari Facebook.
Beberapa bulan terakhir sejujurnya saya bimbang dengan
adanya media sosial. Saya sempat berpikir kalau media sosial itu buang-buang
waktu.
Dan benar JIKA kita cuman scroll gak
jelas apalagi stalking. Kemudian saya berpikir kalau media sosial itu sebuah
tools dan mau kita gunain keyak gimana itu tergantung diri kita.
Kita yang mengendalikan, bukan dikendalikan.
Oke, sampek sini saya kembali lagi memperbarui niat
saya untuk bermedsos. Kenapa dan kenapa.
Saya sejauh ini sebenarnya masih bertanya ke diri
saya. Mengapa saya bermedia sosial? Untuk apa saya bermedia sosial?
Bayangin kalau kita gak punya tujuan bermedia sosial.
Waktu terbuang, perhatian terbuang dan kuota juga terbuang. Waktu yang bisa
kita gunain buat hal produktif lain malah buat scroll gak jelas. Ini kalo gak
sesuai penggunaannya.
Emang ya ini sisi gelap dari media sosial. Media
sosial layaknya candu, apa yang kita cari trus muncul sesuai yang kita
inginkan. Sadar gak sadar, kita juga terus-terusan dibombardir dengan banyaknya
konten dimana-mana.
Dan satu kuncinya
KENDALI
Kita hanya bisa mengendalikan diri kita, informasi
akan terus bersliweran. Tugas kita hanya lebih disiplin buat mengendalikan diri
sendiri.
Trus caranya?
Rekomendasi yang saya berikan pertama tanyakan untuk
apa bermedia sosial. Ini saya juga masih memastikan, untuk hiburan atau untuk
hal lain. Kedua, disiplin diri. Hal ini meliputi notifikasi dari media sosial.
Saya sendiri mematikan semua notifikasi yang gak terlalu penting. Terakhir,
melakukan kegiatan lain. Kegiatan lain ini agar tidak berlama-lama dengan media
sosial.
Saya kadang heran kenapa ada orang yang marah-marah
kalau ada notifikasi banyak bermunculan padahal kan bisa matikan. Gak harus
sekarang kok lihat semua notifikasi itu. Hmmm, kadang sesimpel itu ya. Gak suka
ya gak usah dilihat, bukannya marah2.
Penutupnya seru hehe tentang mematikan notifikasi. Padahal banyaknya notifikasi adalah risiko jika ikut banyak grup misalnya, atau sebagai pebisnis.
ReplyDeleteHehe iya mbak bener juga. Banyaknya notifikasi menjadi salah satu risiko atau konsekuensi kalau kita punya grup banyak. Disisi lain relasi jadi banyak dan informasi juga begitu tapi disisi lain pula kita bakalan kebnyakan notifikasi. Hihi
Delete