Menentukan Batasan Diri
"Semua hubungan pribadi membutuhkan batasan,"
Tina B. Tessina, Ph.D
Pernah
ngerasa dimanfaatkan?
Capek sama
semua hal?
Ngerasa
dikendalikan orang lain?
Atau
ngerasa bukan menjadi diri sendiri?
Semua hal
diatas pernah saya rasakan. Saya pernah merasa seperti berada dalam lingkaran
dimana saya dikelilingi oleh banyak tekanan. Ini terjadi sekitar tahun 2018
dimana saat itu saya berkemelut dengan banyak tuntutan, akademik,
organisasi, target pribadi dan banyak hal lain yang tidak bisa saya sebutkan.
Sumpek, muak
dan pengap.
Saya
pengen teriak dan marah tapi untuk apa dan kenapa?
Gejolak
emosi saya rasakan saat itu tapi alhamdulillah saya memiliki support system
yakni teman-teman saya yang setidaknya mendengarkan apa yang saya rasakan.
Meskipun hanya beberapa orang saja.
Saya
kemudian memikirkan dan menganalisa semuanya. Kenapa? Mengapa dan apa yang saya
rasakan. Ternyata perasaan campur aduk itu membuat saya lebih peduli lagi
mengenai kesehatan mental. Bagaimana mengenali emosi, mengendalikannya bahkan
sampai mengatasinya. Pelan-pelan saya belajar semuanya.
Dari
perasaan saya yang berkecamuk itu saya juga belajar kalau sayalah yang
bertanggungjawab atas diri saya sendiri. Saya tidak akan menyalahkan orang lain
apalagi keadaan yang membuat saya seperti ini. Satu yang saya fokuskan adalah
tetap bergerak, berjalan dan sesekali memberikan jeda.
Salah satu
hal yang saya pelajari dari banyaknya tuntutan hingga saya merasa lelah secara
emosi dan pokoknya rasanya campur aduk. Bisa dibilang burnout adalah kurangnya
saya menetapkan batasan diri.
Dulu, saya
menjadi orang nggak enakan. Sulit sekali rasanya bilang tidak, ya saya iyain
aja dengan berbagai alasan. Setelah saya analisa dan telusuri ternyata alasan
saya mengiyakan adalah saya menganggap hal itu sebagai bentuk balas budi sebuah
kebaikan. Kapan-kapan saya bahas, yang jelas ketika orang lain berbuat baik
kepada kita rasanya saya jadi waswas kalau orang itu tidak tulus atau
dikemudian hari menuntut balik ke kita. Ini hanya opini saya karena saya juga
pernah mengalami hal tersebut.
Kembali ke
batasan diri. Hal ini memang sangat penting agar kita lebih mencintai diri kita
sendiri. Sebelumnya saya jelaskan dulu kalau batasan diri adalah bagaimana kita
membatasi orang lain untuk memasuki ruangan kita. Ibarat kita sebuah rumah maka
pagar adalah batasan diri kita. Selanjutnya, kitalah yang membuat settingan
pagarnya seperti apa.
Batasan diri
memiliki dua fungsi utama. Pertama, memberitahu orang lain bagaimana kita ingin
diperlakukan dan kedua yakni memberikan batasan secara fisik atau emosi diri
terhadap orang lain. Selain itu, batasan diri juga membuat kita tahu mana yang
menjadi tanggungjawab kita dan mana yang bukan.
Dalam
menentukan batasan diri tentunya kita juga harus mengetahui bagaimana
langkah-langkahnya. Berikut 3 tips yang bisa kita lakukan dalam menentukan
batasan diri.
Mengetahui Keinginan Diri Sendiri
Sebenarnya
apa yang saya sukai?
Apa
keinginan saya?
Apa yang
saya suka dan saya benci?
Ini sepele tapi kita harus mengetahuinya bisa juga dengan menuliskannya. Hal ini penting
dilakukan agar kita tidak mudah terbawa arus keinginan orang lain alias
ikut-ikutan padahal itu bukan keinginan kita.
Belajar Mengenai Batasan Diri
Batasan
diri tidak hanya membatasi hubungan kita dengan orang lain secara fisik akan
tetapi masih banyak jenis batasan diri yang lain. Misalkan, batasan emosi atau
mental. Tak jarang juga batasan diri
dilanggar oleh diri sendiri, mungkin karena berada di situasi yang fleksibel.
Saya sendiri memiliki batasan diri untuk pulang malam paling lama pukul 8 malam
namun beberapa hari yang lalu saya pulang jam 10 malam. Berarti saya melanggar
batasan diri saya dan yang saya rasakan kok nggak enak. Dampaknya pun saya
bangun kesiangan, haish.
Belajar Mengatakan “Tidak”
Saya
termasuk orang yang nggak enakan juga
kalau ngomong “Tidak” tapi pelan-pelan saya belajar. Saya mesti tidak melanggar
batasan diri dan tidak semua hal harus saya
lakukan. Memang penting sekali mengetahui apa tanggungjawab kita dan apa
yang bukan tanggungjawab kita.
Mengetahui Resiko Mengenai Batasan
Tidak
semua orang setuju dengan batasan yang kita buat dan itu bukan masalah bagi
kita. Kan kita tidak bisa mengontrol orang lain, hehe. Sebelum menentukan
batasan diri memang perlu dianalisa bagaimana resiko atau kemungkinan yang
terjadi saat menerapkan batasan tersebut. Apakah teman-teman kita mengalami
penolakan? Apakah kita dicap sebagai orang egois? Atau bagaimana? Ah, banyak
sekalinya. Pastinya akan ada pro dan kontra tapi ini adalah resiko karena
batasan diri itu berarti peduli dengan diri sendiri dan upaya menjalin hubungan
yang sehat.
Semua ini
memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Saya sendiri juga melakukannya. Saya
mulai fokus dengan apa yang menjadi tanggungjawab saya, belajar mengatakan tidak
dan dampak yang saya rasakan memang terasa. Saya lebih peduli dengan diri saya
sendiri alias peningkatan self-love dengan adanya setting boundaries.
Sumber bacaan:
https://livewellwithsharonmartin.com/tips-for-setting-boundaries/