Seminggu
terakhir saya banyak memenuhi undangan teman-teman saya yang satu persatu mulai
melangsungkan pernikahan. Bahkan tahun-tahun sebelumnya juga banyak teman saya
yang telah menikah. Hal pertama yang saya pikirkan adalah “tidak menyangka”, “kok
bisa”, “kok yakin” dan “kok sudah berani”.
Sejauh ini
saya masih berpikir kalau menikah itu ketika “saya sudah selesai dengan diri
saya sendiri”. Menikah bukan tujuan tapi menikah adalah salah satu fase dalam
hidup. Kadang saya juga kepikiran kalau suatu saat nanti saya menikah bagaimana
ya? Apa saya masih bisa wara-wiri, main sana-sini dan melakukan kegiatan yang
saya sukai?
Ah, saya
terlalu memikirkannya. Toh masih lama, wkwk. Saya masih ingin membersamai diri
saya sendiri. Melakukan apapun hal yang saya suka dan terus bereksplorasi.
Semua ada waktunya.
Lantas
saya juga terbayang soal deadline menikah “orang pada umumnya” adalah 25 tahun,
bagi perempuan. Inilah yang terjadi di masyarakat. Padahal mau menikah usia
berapapun tidak masalah cuman yang orang lain aja yang ngasih standar.
Eh eh eh
btw kok malah ngomongin beginian sih hahaha.
Oke,
berlanjut ke semingguan saya menghadiri undangan ya tidak lupa saya update
status kondangan bersama teman saya. Otomatislah seperti yang kalian tebak,
akan selalu ada komentar “Kapan nyusul”, berbondong-bondong.
Kalau
dipikir-pikir. Apa sih tujuan mereka bertanya begitu? Bukankah menikah urusan
personal? Mau kapanpun ya terserah yang melakukannya dan buat apa nanya-nanya? (aish, sewot)
Sejauh
pengamatan saya, bertanya “Kapan nyusul” hanyalah guyonan semata yang kadang
kebablasan menyakiti hati orang lain. Ya kali kita nggak tahu bagaimana
perasaan orang tersebut, hehe. Apa orangnya aja yang baperan? Hmm.
Balik soal
teman saya yang menikah sebenarnya adalah satu dari sekian hal yang saya
takuti. Hal ini karena semuanya tidak lagi sama. Seperti ada jarak diantara
kami. Mungkin karena masanya berbeda atau gimana ya. Hal ini pun saya rasakan
beberapa tahun sebelumnya. Bahkan ada teman dekat saya yang sekarang malah lost contact
setelah dia menikah.
Apa dia
sibuk dengan rumah tangganya? Atau bagaimana? Saya pun tidak tahu, yang jelas
pernikahan membuat pertemanan menjadi punya jarak.
Kalau saya
pikir ya tentu saja demikian karena ranah pembahasan kami mungkin juga akan
berbeda. Saya biasanya sambat soal tugas kuliah, kegiatan dan seambreg hal lain
tapi yang sudah menikah mungkin bukan itu bahasanya. Kalaupun saya menghubungi
teman saya yang sudah menikah pun rasanya juga canggung dan tidak enak saja. Ya
kali saya mendadak sambat gitu, hihi.
Terlepas
dari semuanya. Saya juga ikutan senang ketika teman-teman saya menikah. Sewaktu
acara pernikahan juga menjadi ajang reuni. Teman yang bertahun-tahun tidak
ketemu jadi ketemu lagi. Nostalgia dan cerita-cerita. Jarang banget kayak gini.
Apalagi sekarang semuanya sudah sibuk dengan diri sendiri. Semoga teman-teman
sehat selalu dan teman saya yang sudah menikah semoga menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah wa rohmah. Aaamin :D
Pertanyaan "kapan nyusul?" itu memang menyebalkan ya, hehe. Makanya dulu kami sepakat ga bakal nanyain itu ke temen2 yg belum nikah.
ReplyDeleteWah bener mbak. Sangat menyebalkan hehe
Delete